Suatu Hari di Ruang Tandon (lebay)


...sesuatu menusuk dan di hatiku. ia menancap ...

Telah lama ku coba melupakannya, namun mengapa ada saja sesuatu membawa ingatanku padanya. Ada saja sesuatu menghidupkan dendam rinduku dari kuburnya.

Waktu menunjukkan jam dua belas. Ruangan semakin sepi. Pengunjung perpustakaan sudah keluar seluruhnya, setelah 15 menit terakhir terdengar peringatan waktu habis dari pengeras suara. Hanya ada suara buku ditata. Semua nampak kacau, meski tak begitu berantakan. Buku-buku itu. Fiqih, Psikologi, Ilmu Hadits, Pendidikan, Ilmu Terapan, dan masih banyak lagi lainnya. Diantara sedikit sekali buku bernomor klas 813, ada diantara buku dengan subjek yang baru saya sebutkan. Iseng saja ia kubaca, dan puisi itu (telanjur) tertangkap di mataku.
Sudah kumenangkan taruhan ini, bahkan dengan amat adil
Jauh sebelum kau menyerahkan kertas dan pensil
Karena rinduku menetes sebanyak tetes gerimis
Tidak butuh kertas, atau corengan garis
Genggamlah jantungku dan hitung denyutannya
!!!*)
Baris keenam tak perlu kutuliskan disini. Kecuali aku tahan tuk membacanya kembali. Sungguh mantra yang tepat untuk bangkitkan dendam rinduku . Penat menghampiriku. Melesat bagai mata peluru. Menembus dadaku. Jlebb....

Langsung ku taruh buku itu di rak terdekat. 2x4. Dengan hati penuh umpat.




0 Response to "Suatu Hari di Ruang Tandon (lebay)"

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme